PEMUDA DAN MULTIKULTURALISME INDONESIA
URGENSI
PEMIKIR MUDA DALAM UPAYA MENJAGA KEUTUHAN BANGSA INDONESIA MELALUI PERSPEKTIF
MULTIKULTURALISME INDONESIA
Oleh
Muhamad Muhroy Safei
Bangsa Indonesia merupakan bangsa
yang hadir atas keberagaman suku, ras, agama dan golongan-golongan. Bangsa yang
terlahir Sebagai representasi bentuk
kecintaan dan kuatnya tekad para pemimpin, cendekiawan, pemuda, tokoh agama
dan tokoh-tokoh kemasyarakatan pendahulu
(founding father) dalam mewujudkan suasana negeri yang damai, aman dan
sejahtera dalam dekapan persatuan dan kesatuan. Segala macam tantangan seakan
menjadi benteng berbalut baja yang tertegak kukuh menantang keras sebuah
persatuan yang digagas atas dasar keberagaman. Keberagaman menjadi dasar
fundamentalis bedirinya bangsa dan negara ini, segala macam kultur atau budaya
lokalitas menjadi cerminan keberagaman ini namun tak hanya itu, keberagaman
agama, ras dan suku pun juga mewarnai
keindahan ibu pertiwi Indonesia. Bangsa Indonesia bangkit dan mencapai
kemerdekaan secara de jure dan de facto tidak serta merta hanya
mengorbankan mentalitas jiwa dan raganya. Segala daya dan upaya terus dilakukan
bahkan sampai merelakan segala apa yang dimiliki demi mencapai tujuan mulia
yakni memerdekakan negara dan bangsa Indonesia dari kekejaman kolonial belanda
dan jepang yang senantiasa merenggut kebahagiaan, kedamaian masyarakat juga
mengeksploitir sumber daya kehidupan baik Sumber Daya Manusia(SDM) maupun
Sumber Daya Alam (SDA). Sedikit merefleksi sejarah Proklamasi kemerdekaan
Indonesia 17 Agustus 1945 dan penetapan Undang-undang Dasar Negara Republik
Indonesia Tahun 1945 pada sidang PPKI tanggal 18 Agustus 1945. Peristiwa ini
merupakan momentum yang paling penting dan bersejarah karena merupakan titik
balik dari negara yang terjajah menjadi negara yang merdeka. Hasil yang didapat
merupakan jerih payah para pejuang bangsa yang secara jelas dan nyata dalam
usaha mensejahterakan masyarakat dan bangsa Indonesia.
Para pendahulu telah bersusah payah bahkan sampai rela
mengorbankan segenap jiwa dan raganya untuk membangun negeri ini dan merebut
kemerdekaan atasnya dari tangan para kolonial di era kolonialisme belanda
maupun jepang. Air mata, keringat, darah
bahkan nanah terkucur hanya demi
merealisasikan harapannya untuk memberikan kebahagiaan dan kesejahteraan kepada
para cucu dan cicit nya pada masa yang akan datang sebagai generasi penerus perjuangan yang diamanahkan untuk menjaga keutuhan persatuan dan kesatuan negara dan bangsa Indonesia.
pernahkah kita sebagai generasi yang diharapkan menjaga kesatuan NKRI ini
berpikir bahwa ini adalah sebuah tanggung jawab? Atau kita hanya berpikir
apatis dan mementingkan kehidupan pribadi sehingga kita layak disebut
individualistis? Apakah kita ingat bagaimana upaya dan jerih payah para pejuang
bangsa? Pernahkah terbesit dalam pikiran dan hati sanubari kita bahwa kitalah
yang diharapkan oleh mereka menjaga keutuhan bangsa ini? Lalu apa yang telah
kita dedikasikan untuk menjaga keutuhan bangsa ini? Mungkin seperti itulah
pertanyaan2 yang hendak terlontar dan berorientasi pada refleksi diri dalam
memerankan peran sebagai generasi penerus yang melangsungkan keberlanjutan
cita-cita para pejuang bangsa yang masih belum terealisasi secara faktual.
Generasi penerus
yang diharapkan oleh para pejuang bangsa merupakan generasi yang mendedikasikan
dirinya untuk menjaga keutuhan bangsa dan senantiasa melestarikan keberagaman.
Heterogenitas dan multikulturalisme adalah
ciri khas bangsa ini, dalam
pelestariannya hendaknya ditanamkan sedari dini oleh para orang tua terhadap
anaknya sehingga kelak dimasa mudanya mereka akan menjadi generasi yang
diidamkan dan membawa perubahan yang baik dalam menjaga keutuhan bangsa
Indonesia. Kebhinekaan seyogyanya menjadi dasar dalam berbangsa di teritorial
wilayah NKRI yang didalaminya terdapat pemaknaan bahwa Walaupun berbeda-beda
tetapi tetap satu (Bhineka tunggal ika) Prinsip inilah yang menjadikan bangsa
Indonesia berdiri. Setiap warga negara walaupun memiliki keterikatan pada
identitas kelompoknya masing-masing, lebih memilih untuk bersatu sepakat untuk
hidup bersama dalam kerangka politik dan di bawah payung hukum, menghargai perbedaan
di bawah satu pemerintahan yang sah, Indonesia.
Generasi penerus
yang diidam-idamkan ini adalah para generasi muda. Yakni generasi yang
hendaknya berpikir dan berkontribusi dalam upaya menjaga keutuhan NKRI. Pemuda
diharapkan berkontribusi besar dalam pembangunan negara Indonesia baik disektor
ekonomi, pendidikan dan lain sebagainya. Berada digarda terdepan adalah
tangggung jawab dan kewajiban bukan sebuah pilihan bagi para pemuda Indonesia dalam menjaga keutuhan, persatuan dan kesatuan
bangsa ini. Pemuda sebagai promotor
pengawasan terhadap para pemimpin bangsa yang selayaknya bekerja melayani
rakyatnya. Kritik adalah senjatanya para pemuda dan solusi adalah amunisi bagi
terciptanya kesejahteraan yang terencana dan siap terealisasikan secara praksis
dilingkungan masyarakat. Sumbangsih pemikiran dan tindakan para pemuda adalah
pemaknaan akan cintanya mereka terhadap bangsa Indonesia sehingga selayaknya
para pemimpin mendengarkan, memahami dan kemudian bersama
mengimplementasikannya dalam suasana pemerintahan ataupun dalam bentuk2
kebijakan yang pro terhadap kepentingan rakyat.
Pemuda Indonesia
dari sabang sampai merauke berhak ikut andil dalam menjaga keutuhan persatuan
dan kesatuan bangsa yang berasaskan pancasila dan undang-undang dasar 1945.
Segala bentuk sumbangsih pemikiran dan tindakannya senantiasa selalu
diorientasikan untuk mencapai kesejahteraan berbangsa dan bernegara. Kebebasan
berpikir, berkehendak dan menyampaikan pendapat merupakan titik tolak
berdirinya masa reformasi setelah runtuhnya masa orde baru pada era
kepemimpinan presiden Soeharto. Era orde baru digulingkan atas dasar keresahan
para pemuda Indonesia terhadap apa yang terjadi dan dialami bangsa ini. Masyarakat
mungkin merasa nyaman akan kepemimpinan bapak Soeharto namun secara tersirat
tercermin bahwa apa yang menjadi kebahagiaan masyarakat saat itu seperti harga
bahan pokok pangan murah dan lain sebagainya merupakan hasil dari hutang negara
Indonesia kepada negara Amerika serikat. Jelas bahwa pada era kepemimpinan
bapak Soeharto sebagai presiden Republik Indonesia saat itu akan memberikan
beban berat bagi kepemimpinan selanjutnya yang harus kembali berpikir keras
membayar hutang dan lalu memperkecil hutang tersebut. Sungguh ironi negeri ini
pada era orde baru saat itu. Dengan sepengetahuan tersebut maka secara serentak
para mahasiswa yang terhimpun dalam berbagai macam organisasi kemahasiswaan dan
kepemudaan bahkan ormas-ormas juga turut andil ikut menggulingkan rezim Soeharto
dan akhirnya berhasil tergulingkan pada tahun 1998.
Dalam sejarah
bangsa ini, Pemuda selalu menjadi penggerak kebangkitan bangsa. Sumpah Pemuda
28 Oktober 1928 adalah contoh nyata. Selain itu, peristiwa lain yang
menunjukkan betapa pentingnya peran pemuda adalah Peristiwa Rengasdengklok, 16
Agustus 1945. Para Pemuda pada saat itu yang dipimpin Soekarni, Wikana, serta
Chairul Saleh menculik Soekarno-Hatta ke Rengasdengklok dengan satu tujuan:
mendesak mereka agar mempercepat proklamasi Indonesia. Upaya ini akhirnya
berhasil, esok harinya, 17 Agustus 1945, Soekarno-Hatta memproklamasikan
kemerdekaan Indonesia. Sekali lagi pemuda memainkan peran penting bagi bangsa.
Peran pemuda
dalam sejarah bangsa terus berlanjut, gerakan mahasiswa 1966 adalah kisah
lainnya. Dilatarbelakangi kondisi pemerintahan saat itu, gerakan mahasiswa pada
1966 menjadi awal kebangkitan mahasiswa secara nasional. Mahasiswa yang
tergabung dalam Kelompok Aksi Mahasiswa Indonesia (KAMI) ini memunculkan Tri
Tura (Tiga tuntutan rakyat), yakni: Bubarkan PKI beserta ormas-ormasnya; perombakan
Kabinet Lamira; dan turunkan harga sembako. Serangkaian demonstrasi yang
dilakukan akhirnya berujung pada Supersemar (Surat Perintah Sebelas Maret) yang
menandai akhirnya Orde Lama dan membuka Orde Baru.
“Bahwa
sesungguhnya di tangan pemuda lah permasalahan masyarakat akan dipecahkan, dan
di dalam pengorbanannya lah suatu bangsa akan tetap hidup dan berkembang ”.
Pepatah tersebut
di atas tidak suatu yang niscaya dalam sebuah peradaban dunia. Hampir di setiap
peradaban yang ada, perubahan selalu diawali dengan campur tangan pemuda.
Indonesia sebagai salah satu contohnya, peran pemuda sangat berpengaruh besar
atas proklamasi kemerdekaan Republik Indonesia pada tanggal 17 Agustus 1945.
Jika bukan karena semangat yang membara dan kegigihan kaum muda untuk meminta
Soekarno memproklamasikan kemerdekaan RI, tentu Indonesia semakin lama menuai
kemerdekaan dan tetap menjadi boneka jepang pada waktu itu.
Sejarah
mencatat, masa peralihan dari orde lama ke orde baru pada tahun 1966 dan
peralihan dari orde baru ke masa reformasi sampai sekarang pun lahir karena
andil pemuda dengan pengorbanan yang tidak sedikit dari mereka. Sehingga asumsi
yang sudah mengakar sampai sekarang adalah pemuda adalah agen perubahan. Namun
demikian, pertanyaan yang muncul kemudian adalah apakah pemuda membawa
Indonesia berubah menjadi lebih baik atau berubah menjadi lebih buruk. Tentu
semua menginginkan berubah menjadi lebih baik dan menuju kesempurnaan.
Jika dianalisa
keadaan pemuda sekarang, tingkat keprihatinan pada masa sekarang tentu berbeda
dengan masa perjuangan 45 maupun pada masa peralihan. Pemuda sekarang cenderung
menghadapi keadaan yang sebaliknya, di satu sisi wabah hedonisme yang merusak
pemuda, di satu sisi lagi wabah kemiskinan dan ketidak mampuan yang terbayang
di depan mata pemuda setelah mereka menyelesaikan masa studinya. Permasalahan
tersebut memang tidak terlalu berbeda dengan pemuda zaman 45, dimana hedonisme
dan kemiskinan mewabah di pemikiran pemuda. Namun prosentasenya dibanding
dengan sekarang tentu lebih besar sekarang. Hal ini bisa dibuktikan dengan
sedikit kepedulian pemuda pada permasalahan bangsa, bahkan justru pemuda lebih disibukkan
dengan permasalahan sendiri. Pelajar disibukkan dengan masa pencarian jati diri
dengan kaca mata hedonisme barat, sedangkan mahasiswa disibukkan dengan
tuntutan agar biaya pendidikan lebih murah.
Permasalahan
yang kompleks di atas tentu membutuhkan pencerahan, tidak hanya dari pemuda itu
sendiri, tapi juga dari suatu negara yang mau mempersiapkan generasi penerusnya
agar membuat negara Indonesia menjadi lebih baik. Mengutip apa yang tersirat
pada ungkapan Soekarno tentang pemuda dan pembangunan negara, bahwa dengan
hanya 10 pemuda, maka dia sanggup membawa Indonesia menjadi lebih baik.
Ungkapan tersebut, tidak hanya semata suatu yang bombastis di mulut sang
proklamator. Jika dilihat dari sejarah, munculnya dua organisasi masyarakat
yang mengakar di Indonesia sekarang; Nahdlatul Ulama dan Muhammadiyah, adalah
dipelopori oleh anak bangsa yang mempunyai empati yang tinggi terhadap moral
bangsa Indonesia, Hasyim Asy’ ari dengan NU dan Ahmad Dahlan dengan
Muhammadiyah. Mereka berjalan berdampingan dan saling mendukung dengan metode
masing-masing dengan satu tujuan yang sama yaitu menguatkan moral masyarakat
Indonesia.
Pemuda adalah
salah satu episode perkembangan jiwa manusia yang sedang berada pada titik
tertingginya. Pada fase ini, sangat ideal bagi seseorang untuk melakukan apapun
dalam hidupnya. Pemuda digambarkan sebagai sosok manusia yang bersemangat
tinggi, bertenaga dan berintelektualitas sesuai dengan perkembangan zaman,
sehingga ia memiliki peran cukup besar dalam sebuah peradaban yang besar.
Dalam
perkembangan sejarah Indonesia maupun dunia, peran pemuda sangatlah besar. Hal
ini terbukti saat era kemerdekaan Indonesia, para pemudalah yang mendesak agar
Ir. Soekarno segera memproklamasikan kemerdekaan bangsa ini. Mereka juga yang
mengawali pembentukan bangsa ini dengan hadirnya kongres pemuda yang telah
berhasil mempersatukan pemuda Nusantara melalui Sumpah Pemuda. Masih banyak
lagi kisah-kisa pemuda di dunia ini yang telah menghasilkan perubahan-perubahan
besar dari masa ke masa.
Pemuda memiliki
peran besar dalam terjadinya perubahan-perubahan sosial di lingkungan sekitar
maupun pada rana yang lebih luas. Namun sebelum pemuda mencoba untuk
memposisikan diri sebagai agent of change,
maka mereka harus memastikan diri telah siap menjadi generasi pengubah, bukan
malah menjadi objek masalah yang terjadi di lingkungannya. Pemuda harus memulai
menggali karakter khas yang dimilikinya, karena pada dasarnya setiap pemuda
memiliki sifat-sifat khas, antara lain kreatif, kritis, optimis, serta mampu
beradaptasi dengan perkembangan zaman.
Setelah itu,
maka dirinya siap untuk berperan dalam perubahan sosial di lingkungannya.
Setidaknya ada tiga peran pemuda dalam perubahan sosial, yaitu sebagai agen
perubahan (agent of change), agen pembangunan (agent of development) dan agen
modernisasi (agent of modernization).
Sebagai agen
perubahan, pemuda dapat berkontribusi dengan sikap kritis dan rasa
optimistisnya untuk mempengaruhi masyarakat dalam melakukan perubahan melalu
aksi nyata. Ia melakukan gerakan penyadaran bagi diri dan masyarakat sehingga
dapat menyentuh langsung persoalan sosial.
Sebagai agen
pembangunan, pemuda bisa berkontribusi dalam pembangun fisik maupun non-fisik.
Dengan jumlah pemuda di Indonesia yang cukup banyak, mereka dapat saling
berkolaborasi, terutama dalam kegiatan pembangunan yang bersifat kepedulian
sosial dan
Sementara pemuda
sebagai agen modernisasi, pemuda dapat menjadi pelopor dalam pembaharuan.
Pemuda hari ini hidup dalam teknologi yang serba canggih dan merupakan dari digital native sehingga mereka dapat
beradaptasi dengan cepat. Dengan begitu, mereka dapat membantu memperkenalkan
teknologi yang baik dan buruk.
Dengan semangat,
energi yang luar biasa dan ilmu maka pemuda diharapkan dapat memberikan dampak
nyata dalam perubahan sosial di lingkungan sekitarnya melalui aksi kepedulian.
Indonesia dengan datangnya ‘Bonus Demografi’, yaitu fase di mana jumlah
penduduk didominasi oleh jumlah usia produktif alias pemuda. Dengan fakta ini,
maka sudah seharusnya pemuda dapat menjadi ujung tombak kebangkitan suatu
bangsa dan dimulai dengan peran pemuda.
Sudah saatnya
generasi muda sekarang membentuk gerakan-gerakan intelektual yang menjunjung
tinggi moral. Gerakan intelektual lebih kongkret daripada gerakan-gerakan yang
hanya sekedar berdemonstrasi saja. Mengubah bangsa ini tidak bisa hanya dengan
turun ke jalan. Gerakan pemuda sekarang harus bisa memasuki dunia informasi dan
birokrasi. Jadi, kemampuan intelektual yang ada pada pemuda harus digunakan
sebaik-baiknya, dan dikemas dalam bungkusan moralitas yang bermartabat demi
kemajuan bangsa.
Kemajuan bangsa
ini akan tercapai apabila para pemuda ikut berperan secara totalitas bersama-sama
dalam membangun dan menjaga keutuhannya. Oleh karena itu pada momentum hari
sumpah pemuda ini mari bersama-sama kita merefleksi seberapa besar kontribusi
dan partisipasi kita dalam menjaga keutuhan bangsa atas dekapan pancasila. Mari
bangkit bersama wahai para pemuda, uluran tanganmu dibutuhkan untuk menjaga
keutuhan NKRI ini serta dengan sumbangsih pemikiranmu maka kemajuan bangsa
bukan lagi angan-angan namun suatu Realita yang diperjuangkan dengan semangat
dan penuh ambisi menjaga keutuhan NKRI.
Comments
Post a Comment